Iptek
Lingkungan ialah teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatan
dalam kaitannya dengan manjemen lingkungan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang tersusun sistematis dengan metode tertentu untuk
menjelaskan gejala-gejala tertentu pada bidang iptek terhadap linkungan tanpa
merusak keseimbangan lingkungan . Upaya pelestarian lingkungan tidak hanya
diperlukan saat pembukaan lahan dan penata gunaan tanah. Juga selama kegiatan
pembudidayaan sampai ke pengolahan hasil. Pelestarian lingkungan pada semua
tahapan produksi perlu menjadi tekad masyarakat, terlebih dalam menghadapi
semakin nyaringnya tuntutan pada “produksi hijau”. Selain itu, tekad masyarakat
melestarikan lingkungan dapat menjadi perisai terhadap kecaman tentang
kerusakan lingkungan perkebunan.
Iptek Lingkungan meliputi:
·
Pengolahan Sampah.
·
Pengolahan Limbah.
·
Konservasi Lingkungan.
·
Badan Pertanian Teknologi bibit & benih,
Rekayasa Genetika.
Pengolahan
sampah
Tumpukan
sampah yang setiap hari bertambah satu hingga 1,5 ton, mulai teratasi menyusul
beroperasinya pengelolaan sampah terpadu terutama Jakarta, pengelolaan sampah
terpadu mampu mengurangi limbah rumah tangga hingga 60-65 persen, sedangkan
35-40 persen sisanya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Pengelolaannya
harus melibatkan semua warga, oleh karena itu, rumah tangga harus melakukan
pemilahan sampah menjadi tiga bagian, yaitu sampah organik (basah) (sisa
makanan, sayur), kering (kertas, dus, botol), dan limbah berbahaya seperti aki
dan baterai bekas, sprayer insektisida, serta pembalut wanita.
Pengolahan
Limbah
Limbah
ialah hasil buangan suatu pembakaran atau sisa hasil poduksi yang mengandung
zat kimia berbahaya yang dapat merusak keseimbangan lingkungan. Industri primer
pengolahan hasil hutan merupakan salah satupenyumbang limbah cair yang
berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri
pulpen dan kertas, teknologi pengolahan limbahcair yang dihasilkannya mungkin
sudah memadai, namun tidak demikian bagiindustri kecil atau sedang. Namun
demikian, mengingat penting dan besarnyadampak yang ditimbulkan limbah cair
bagi lingkungan, penting bagi sektorindustri kehutanan untuk memahami
dasar-dasar teknologi pengolahan limbahcair.
Teknologi
pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarianlingkungan.
Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupunindustri yang
dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara olehmasyarakat setempat. Jadi
teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuaidengan kemampuan teknologi
masyarakat yang bersangkutan, agar Lingkungan terjaga dan terlestarikan.
Konservasi
Lingkungan
Mendukung
dan ikut serta dalam program konservasi lingkungan dan bekerjasama akan
menghasilkan suatu pembangunan yang ramah lingkungan serta memperhatikan pada
pembangunan ekonomi yang bersifat berkelanjutan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan. Karena terpeliharanya kelestarian lingkungan, termasuk
dengan menjaga kelangsungan hidup spesies laut dan terumbu karang merupakan hal
yang memberikan manfaat dan keuntungan bersama dan berkelanjutan dalam jangka
waktu yang panjang sehingga dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Badan
Pertanian Teknologi Bibit & Benih, Rekayasa Genetika
Upaya
peningkatan produktivitas dan mutu produk yang sesuai dengan dinamika
lingkungan diharapkan dapat dilakukan melalui penelitian bioteknologi.
Manipulasi potensi genetik melalui penelitian biologi molekuler, mikrobiologi,
bioproses, kultur jaringan dan rekayasa genetika harus dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan maka harus dilakukan bioteknologi.
Maka
teknik rekayasa genetika mulai menggelisahkan. Banyak kalangan khawatir bahwa
dampak revolusi hijau tahun 1960-an akan terulang kembali. Penggunaan teknologi
dan paksaan pasar yang dilakukan dalam revolusi hijau memang menghasilkan
produksi pangan dalam jumlah besar. Namun terbukti upaya tersebut mengganggu
keseimbangan ekologi, menciptakan wabah baru, dan sejumlah dampak kesehatan
bagi manusia.
Hal
sama dikhawatirkan terjadi mengikuti inisitiaf rekayasa genetik yang saat ini
getol dilakukan pada tanaman. Segelintir perusahaan bioteknologi meyakinkan
bahwa seluruh benih transgenik yang dipasarkan sudah melalui berbagai tahap
percobaan. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir terhadap dampak lingkungan dan
kesehatan yang akan muncul.
Namun
keyakinan serupa ternyata tidak dimiliki oleh para aktivis lingkungan dan
mereka yang concern terhadap masalah lingkungan. Pesimisme ini muncul setelah
tidak ada penjelasan transparan tentang resiko yang menyertai pelepasan benih
transgenik ini ke alam bebas. Di Amerika Serikat, organisasi lingkungan
Greenpeace bahkan mengajukan petisi ke Environmental Protection Agency (EPA)
agar membatalkan semua perijinan tanaman hasil rekayasa genetik.
Sementara
di Indonesia, sejumlah LSM lingkungan mendesak pemerintah bersikap transparan
kepada masyarakat soal tanaman transgenik. Terlebih Departemen Pertanian kini
aktif menguji sejumlah benih transgenik termasuk kedelai, jagung dan kapas.
Khusus untuk yang terakhir bahkan telah dilakukan pelepasan di Sulawesi Selatan
pada 7 Februari 2001. Dan sampai saat ini terus memancing perdebatan yang tidak
ada hentinya.
Karena
Pembangunan yang tidak menjaga keseimbangan lingkungan terjadi dan meningkat
dalam beberapa tahun belakangan ini. Alasan tersebut diperparah dengan
kurangnya perhatian masyarakat dan ketidakkonsistenannya pemerintah dalam
menata permasalahan lingkungan. Akibat ketidakacuhan tersebut baru dapat
dirasakan akhir-akhir ini, ketika banyak peristiwa banjir bandang yang melanda
berbagai daerah di negara kita.
Setidaknya
wawasan mengenai lingkungan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) akan
mengarah pada pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup. Lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Peran
IPTEK Dalam Lingkungan
IPTEK
memegang peranan penting bagi negara-negara berkembang dalam proses peningkatan
standar hidup, kesejahteraan, dan melindungi sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati. Negara-negara berkembang menghadapi berbagai tantangan
jangka pendek dan jangka panjang. Perubahan penggunaan lahan melalui
penggundulan hutan dan perubahan lahan pertanian akibat aktivitas sosio-ekonomi
di daerah tangkapan air di hulu, telah menyebabkan terjadinya berbagai
kerusakan lingkungan dan infrastruktur akibat bencana yang ditimbulkannya.
Kerusakan lingkungan di daerah tangkapan air, menyebabkan kelangkaan air bersih
di berbagai negara, selain bencana banjir ketika musim penghujan.
Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup
(termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya) yang mempengaruhi peri-kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Oleh karena itu
kelestarian dan keseimbangan alam perlu dipertahankan agar senantiasa
memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia ke taraf hidup yang lebih baik.
Namun
yang terjadi kini malah sebaliknya, Dominasi manusia terhadap lingkungan
seringkali berdampak buruk. Pembangunan dan penguasaan iptek dalam
mengeksplorasi alam untuk peningkatan ekonomi seringkali melampaui batas dan
sering kali mengabaikan kondisi lingkungan itu sendiri. Padahal kemampuan
sumber daya dan kemampuan alam untuk mengeliminasi Zat pencemar adalah
terbatas. Apalagi saat ini, krisis yang melanda negeri ini menyebabkan
kehidupan lebih memburuk.
Belum
optimalnya peran iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup.
Kemajuan iptek berakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan. Hal
tersebut antara lain disebabkan oleh belum berkembangnya sistem manajemen dan
teknologi pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sistem tersebut akan mendorong
pengembangan dan pemanfaatan iptek yang bernilai ekonomis, ramah lingkungan dan
mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat.
Sektor
lingkungan hidup merupakan isu penting di dunia saat ini. Secara garis besar,
pemanfaatan iptek harus senantiasa mempertimbangkan usur lingkungan hidup.
Artinya, pemanfaatannya harus sejauh mungkin ramah lingkungan. Komitmen pemerintah
terhadap lingkungan hidup juga sudah lumayan tinggi. Salah satu buktinya, sudah
ada Kementerian Negara Lingkungtan Hidup yang khusus mengurusi hal itu pada
pemerintahan yang ada saat ini.
Contoh
cara pengelolaan sampah:
Pengelolaan Persampahan: Menuju Indonesia
Bebas Sampah (Zero Waste )
Sampah
merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia
pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding
dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan
sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis
material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas
juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat.
Peningkatan
jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Misalnya
saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah 18.500 m3 per
hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3 per hari. Jika dihitung
dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi
Borobudur (volume Candi Borobudur = 55.000 m3). [Bapedalda, 2000]. Selain
Jakarta, jumlah sampah yang cukup besar terjadi di Medan dan Bandung. Kota metropolitan
lebih banyak menghasilkan sampah dibandingkan dengan kota sedang atau kecil.
Jenis
Sampah
Secara
umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai
sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sapah basah adalah sampah
yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah
jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan
sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dll. Sampah jenis ini tidak
dapat terdegradasi secara alami.
Pada
umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah
basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Oleh karena itu
pengelolaan sampah yang terdesentralisisasi sangat membantu dalam meminimasi
sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya
pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama
ini pengleolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan
efisien dan efektif karena pengelolaan sapah bersifat terpusat. Misanya saja,
seluruh sampah dari kota Jakarta harus dibuag di Tempat Pembuangan Akhir di
daerah Bantar Gebang Bekasi. Dapat dibayangkan berapa ongkos yang harus
dikeluarkan untuk ini. Belum lagi, sampah yang dibuang masih tercampur antara
sampah basah dan sampah kering. Padahal, dengan mengelola sampah besar di
tingkat lingkungan terkecil, seperti RT atau RW, dengan membuatnya menjadi
kompos maka paling tidak volume sampah dapat diturunkan/dikurangi.
Alternatif
Pengelolaan Sampah
Untuk
menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan
alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang
sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan.
Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan
pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali
ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap
sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan
sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada
mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus
meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah
yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau
didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang
tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain
ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut.
Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan
sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin
masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/
mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat
menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan
alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang
tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai
dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program
sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak
mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di
negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program
yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan
kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang
sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan
sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen
utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh
sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem
pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen
sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara
umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah
organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan
sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos
(pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi
yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa
didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari
suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak
pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan
suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.
Tanggung
Jawab Produsen dalam Pengelolaan Sampah
Hambatan
terbesar daur-ulang, bagaimanapun, adalah kebanyakan produk tidak dirancang
untuk dapat didaur-ulang jika sudah tidak terpakai lagi. Hal ini karena selama
ini para pengusaha hanya tidak mendapat insentif ekonomi yang menarik untuk
melakukannya. Perluasan Tanggungjawab Produsen (Extended Producer
Responsibility - EPR) adalah suatu pendekatan kebijakan yang meminta produsen
menggunakan kembali produk-produk dan kemasannya. Kebijakan ini memberikan
insentif kepada mereka untuk mendisain ulang produk mereka agar memungkinkan
untuk didaur-ulang, tanpa material-material yang berbahaya dan beracun. Namun
demikian EPR tidak selalu dapat dilaksanakan atau dipraktekkan, mungkin baru
sesuai untuk kasus pelarangan terhadap material-material yang berbahaya dan
beracun dan material serta produk yang bermasalah.
Di satu
sisi, penerapan larangan penggunaan produk dan EPR untuk memaksa industri
merancang ulang ulang, dan pemilahan di sumber, komposting, dan daur-ulang di
sisi lain, merupakan sistem-sistem alternatif yang mampu menggantikan
fungsi-fungsi landfill atau insinerator. Banyak komunitas yang telah mampu
mengurangi 50% penggunaan landfill atau insinerator dan bahkan lebih, dan malah
beberapa sudah mulai mengubah pandangan mereka untuk menerapkan “Zero Waste”
atau “Bebas Sampah”.
Sampah
Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Sampah
atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan merupakan suatu faktor
penting dari sejumlah sampah yang dihasilkan, beberapa diantaranya mahal biaya
penanganannya. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan
berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis
hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Pemilahan
sampah di sumber merupakan hal yang paling tepat dilakukan agar potensi
penularan penyakit dan berbahaya dari sampah yang umum.
Sampah
yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dan pembuangan,
dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah medis ini.
Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan rendah
pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator.
Banyak
jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang dihasilkan
oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak sesuai
diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah
pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus
dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus
menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan secara luas di
berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di India dan rumah
sakit umum besar di Amerika. Sampah hasil proses industri biasanya tidak
terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan
merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.
Produksi
Bersih dan Prinsip 4R
Produksi
Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang
industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk
samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan
produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis.
Prinsip-prinsip Produksi Bersih adalah: Prinsip-prinsip yang juga bisa
diterapkan dalam keseharian misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R yaitu:
Ø Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau
material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,
semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Ø Reuse (Memakai
kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang
bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali
pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia
menjadi sampah.
Ø Recycle (Mendaur
ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah
tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang,
namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Ø Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan
lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila
berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidka bisa
didegradasi secara alami.
Referensi
:
http://rikahariany.wordpress.com/2014/01/27/iptek-dan-lingkungan-hidup/
http://jelajahiptek.blogspot.com/2012/06/bagaimana-cara-mengelola-sampah.html
0 komentar: