Pages

Accordion Menu

Sample Text

Blogger news

About

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

Sample Text

Followers

About Me

Foto Saya
Terlahir dengan nama lengkap Alfonsus Listyo Hanggoro Murti pada Selasa 1 Agustus 1995 silam. Mahasiswa Gunadarma, jurusan Teknik Elektro. Hobby bermain gitar, mendengarkan musik, menggambar, berimajinasi. Sedang dalam proses meraih kesuksesan dan menjangkau impian.

Featured Posts

Selasa, 20 Oktober 2015

Pengaruh Cash Flow Terhadap Nilai Tukar Rupiah

Alrockfonsus     18.22     0

Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika. Dalam Kurs valuta asing nilai tukar antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya, adalah sebagai indicator utama untuk melihat tingkat kestabilan perekonomian suatu negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil, maka perekonomian negara tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata,2004:163). Kurs merupakan salah satu harga yang penting dalam perekonomian terbuka. Penerapan nilai tukar mengambang dan penggunaan bahan baku impor menyebabkan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap perekonomian Negara. Sejak periode 1970 hingga sekarang Indonesia telah melakukan 3 kali perubahan system nilai tukar. Pada tahun  1964-1978 Indonesia menganut system nilai tukar tetap. Berdasarkan UU No. 32 tahun 1964 nilai tukar resmi Indonesia yaitu RP250/USD. Pada tahun 1978 Indonesia menetapkan nilai tukar mengambang terkendali ditetapkan di Indonesia, nilai tukar rupiah dari tahun ke tahun terus mengalami depresiasi terhadap US dollar. Nilai tukar rupiah berubah-ubah antara Rp644/USD – RP2.383/USD.
           
Pada tahun 1997 Indonesia menganut system nilai tukar mengambang bebas. Sejak pertengahan Juli 1997, Rupiah mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai rupiah terhadap US dollar. Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanyacurrency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, yang mana pada saat itu banyak perusahaan mengalami kebangkrutan karena tidak mampu membayar kewajibannya dalam bentuk valuta asing.
            
Nilai tukar rupiah pada tahun 2013 berada dalam tren melemah. Berdasarkan laporan Bank Indonesia tekanan terhadap nilai tukar rupiah tersebut tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global yang melambat dan harga komoditas internasional yang menurun, yang kemudian mendorong melebarnya defisit transaksi berjalan indonesia. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah semakin kuat sejak akhir Mei 2013 saat terjadinya aliran keluar modal asing tersebut dipicu oleh ketidakpastian global akibat rencana pengurangan stimulus moneter di AS (tapering off). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global, namun dapat juga dipengaruh faktor dari dalam negeri, diantarannya tingkat inflasi dan cash flow.

Inflasi merupkan kondisi meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus sehingga dapat menurunkan nilai mata uang suatu negara (Serfianto dkk, 2013:98). Adapun salah satu penyebab inflasi adalah karena adanya kenaikan permintaan. Kenaikan permintaan ini akan mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap, yang mana factor lain dianggap tetap (ceteris paribu) berubah sehingga barang-barang di Indonesia relative semakin mahal dan barang-barang di Amerika relative lebih murah. Hal ini mengakibatkan permintaan barang-barang Amerika akan meningkat yang juga diikuti oleh peningkatan permintaan US dollar.

Semakin tinggi permintaan US dollar hal ini akan menyebabkan semakin sedikitnya persediaan US dollar, Sehingga harga memperolehnya akan semakin mahal. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara dan dapat memicu bertambahnya nilai impor. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga hargaharga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.

Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode.
Menurut PSAK No.2 (2002 :5) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan dari penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun buku).

Kurs merupakan variabel makro ekonomi yang turut mempengaruhi volatilitas harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan volume ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang kemudian meningkatkan harga saham, yang tercermin pada IHSG. Sebaliknya, jika emiten membeli produk dalam negeri, dan memiliki hutang dalam bentuk dollar maka harga sahamnya akan turun. Depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi.


Sumber :
3.   http://christinputri.blogspot.co.id/2013/07/pengaruh-tingkat-suku-bunga-inflasi-dan.html

Alrockfonsus Author: Alrockfonsus

Hello, I am Author, decode to know more: In commodo magna nisl, ac porta turpis blandit quis. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. In commodo magna nisl, ac porta turpis blandit quis. Lorem ipsum dolor sit amet.

0 komentar:

© 2014 Alfonsusrock | Distributed By My Blogger Themes | Designed By Bloggertheme9